ISPA sebagai salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia, sangat rentan menyerang balita disebabkan imunitas yang masih sangat lemah dibanding dengan orang dewasa. ISPA dapat berdampak pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak. Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 adalah sebanyak 268.274 kasus (Kemenkes, 2023). ISPA juga merupakan salah satu penyakit utama dengan kunjungan penyakit terbanyak di Puskesmas (40– 60%) dan Rumah Sakit (15–30%). Pada proses pengecekan kerasionalan dosis obat pada pasien ISPA balita non pneumonia membutuhkan beberapa alat bantu serta waktu yang cukup lama (lebih dari 30 menit) karena harus menyesuaikan dosis obat dengan BB pada pasien balita tersebut. Penulis berupaya menjawab permasalahan yang terjadi selama ini melalui inovasi menggunakan alat DOPUISBAL (DOsis PUtar ISPA non pneumonia pada BALita) yang dapat membantu mempersingkat waktu dan mempermudah Apoteker atau Tenaga Kefarmasian lainnya dalam hal pengecekan kerasionalan dosis obat berdasarkan berat badan pada pasien balita dengan diagnosa ISPA non pneumonia. Metode DOPUISBAL adalah diagram putar dosis obat berbasis berat badan. Hasil inovasi ini didapatkan penurunan waktu tunggu obat sampai obat tersebut diserahkan kepada pasien rata-rata (tidak lebih dari 20 menit) dan data tersebut terdokumentasi dengan baik. Selain berguna bagi Apoteker atau Tenaga Kefarmasian DOPUISBAL juga dapat mempermudah tenaga kesehatan lainnya. Dengan demikian inovasi ini terbukti untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu tunggu obat pada pasien balita sehingga dapat diaplikasikan oleh fasilitas kesehatan lainnya
Inovator Team: Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota (Pemda / Dinkes)
© 2025 IHIA – Indonesia Healthcare Innovation Awards Made with purpose. Supported by UPQuality
Comment Form